Langsung ke konten utama

Sembahyang.

"aku terpaksa shalat tiap Jumat,
karena laki-laki penuh keriput dan kepala Pak Ogah itu, berlarian seperti pemain sepak bola favoritku dan membawa papan kayu berbentuk nisan untuk dikenalkan pada bokong-bokong berdaki kami! 
tak mau aku merasakan sakit pada bokongku, aku sayang dia."

Anak laki-laki itu sibuk menerka-nerka langit, dilihatnya nilai ujian ekonomi hari ini, hanya betul 4 soal, dari 1000, ah maksudku 10 soal, alhasilpun ia memaki gurunya, dirakitnya kertas ujian itu jadi pesawat, diterbangkan masuk ke "Bandara Ruang Kepala Sekolah", terbirit-birit dan bersembunyi layaknya mafia Hongkong.

"SHALAT JUMAT! KAMU MAU TIDAK MASUK SYURGA? (padahal belum tentu ia masuk syurga) TIGA KALI TIDAK SHALAT, KAMU DIANGGAP BUKAN ORANG ISLAM LAGI! (sok tahu, padahal belum paham betul dalilnya) JADI LAKI-LAKI HARUS SHALAT JUMAT, KALAU TIDAK MAU YA SUDAH SANA JADI PEREMPUAN SEPERTIKU! (apa hak dia menyuruh anak laki-laki itu jadi perempuan? aneh!) 
gigi taringnya tak mau kalah unjuk diri saat ia melontarkan titah-titah keramat setiap hari Jumat. Anak perempuan itu seperti mempunyai radar yang akan berbunyi setiap waktu shalat Jumat. Khusus untuk anak laki-laki itu.

"kamu tahu, aku jarang sekali shalat. Hanya tiga momen, Idul Fitri, Idul Adha, dan shalat hari ini, itu pun semua penuh unsur keterpaksaan! Tidak ada kerelaan dalam diriku. Tapi aku tidak tahu diri. Pintaku macam-macam, sedangkan amunisiku hanya tiga macam shalat itu."
"sebanyak apa pintamu pada Tuhan?"
"aku berdoa seperti besok mau mati saja! padahal lewat kuburan saja aku masih bilang 'punten abdi bade ngiringan'."
"haha, seserius itu berdoamu?"

"tentu saja, setiap berdoa aku harus menyuruh diriku ini untuk sungguh-sungguh.
sebenarnya doaku tidak sebanyak daftar belanjaanmu.. 
aku hanya minta ibu dan adikku bahagia, 
dan aku bisa menikah denganmu, itu saja. 
boleh kan minta dua macam itu ke Tuhan?"

Tak kuasa anak perempuan itu tertawa. 
Di dalam hatinya ternyata ia mengamini racauan anak laki-laki tadi.
"shalatnya rajin dulu! Kalau Tuhan sudah kamu cinta, ciptaan-Nya akan kamu jaga."

"kamu tunggu sini ya tunggu aku selesai, aku mau ketemu Tuhan dulu buat minta!"

Ah, anak laki-laki itu memang aneh, masih jam sebelas siang dan ia sudah ada di rumah Tuhan.

Mau ketemu,
Mau berdoa,
Katanya.




[Bandung, 2016]



Komentar

Postingan populer dari blog ini

CUKA

Lukanya masih basah, kau siram cuka pula. Tidak puas, masih kau siram air garam. Katanya supaya pulih Tapi masih kau tusuk jarum-jarum itu. Lukanya semakin menganga, kau masih disini. Puas melihat aku yang merangkak karena jatuh terlalu dalam? Masih tertatih aku jadinya. Iya, ada lembah yang kau ciptakan khusus untukku. Untuk aku, orang yang percaya dengan cinta. Jadi salah siapa? Salah percaya, dengan, atau cinta? Ah sudahlah, sudah berbuih aku mengutuk cinta. Lebih baik aku hardik dengan saja.

ukate

"Kekuasaan adalah suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan" - Max Weber Berbagai gaungan dilontarkan oleh yang katanya pemangku-pemangku kebijakan untuk mewujudkan 'welfarestate'. Meskipun 'si welfarestate' ini benar-benar dijadikan suatu sistem oleh negara-negara nordik, namun negara kesejahteraan adalah tujuan semua bangsa yang secara otomatis negara sebagai pemegang kendali untuk menyejaterahkan rakyatnya. Katanya sih katanya, kampus adalah miniatur suatu sistem negara di mana ada rektor sebagai kepala negara dan warga kampus sebagai rakyatnya. Untuk membuat kebijakan sistemnya, tidak semudah mengcopy-paste makalah yang harus dikumpulkan h-1 jam (pengalaman universal mahasiswa, saya yakin kalian pernah menjadi pelakunya~). Merumuskan itu semua sangat menguras pikiran, tenaga, emosi, waktu, dan finansial yang tidak sedikit, d

BEBAS

Aku ingin bebas, membuana ke antah berantah bukan berderai air mata karena mengiris bawang merah Aku ingin bebas, memotong lidah arogansi pria berpola seksis bukan terpaksa menarik sudut bibir untuk tersenyum manis Aku ingin bebas, memikat mimpi penuh khayal bukan ketakutan dicambuk pria berdasi penuh amukan Aku ingin bebas, merajut suka menapak irama senandung budaya patriarki tanah Jawa bukan meladeni pria berselir tak berwibawa Aku ingin bebas, menghirup aroma lavender Provence dan membawanya pulang bukan menghirup arak yang berkecamuk dari pria hidung belang Bebas, bebas, bebas Kapan aku bebas dari jeruji bertirani ini? Menelisik bimbang penuh amarah, dan sekali lagi berteriak sampai serak ‘KAPAN AKU BEBAS?’ Hanya kebebasan merindukan bulan yang tak terbelenggu ini itu yang aku harap Tanpa mengemis dan mengais demi kebebasan yang aku tunggu di pusara akhir hayatku