Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Nang Jogja

Jogjakarta mengayom Desember. Angkringannya membuai angkasa jiwa si penulis sajak kala itu, disuguhi jamuan malam, diiring gamelan pak Joko, pak Romo, pak Sopo? (sok tahu, padahal belum bertegur sapa!) melarut apa yang mencengkram, membius siapa yang merongrong. Wedang Rondenya sehangat senyum lakon-lakon yang ia rindu bersemayam dalam lubuk. Ada kah satu diantara mereka yang akan menjadi pemenang pinta? Mbak penjual Bakpia Pathok berkerudung cokelat? Mas rupawan penghuni kampus idaman? Atau mister-mister penganut Apartheid (mungkin) yang selalu ia lihat di film laga? Menyongsong pusara nyata, ia terhempas sejenak, lupa, terlalu banyak menerka. "mas, saya mau pesan!" "saya memesan kepastian, masih ada?" Masnya hanya tersenyum rupanya, menganyam kecut, tidak seindah Malioboro malam itu. Kembali penulis sajak itu melambung "ah, pesananku bukan disini ya?" [24 Desember 2018]

BLOCK

"Kamu harus block aku, apapun itu. Pokonya jauhin aku dari segala kehidupan kamu! Pokoknya harus buang segala tentang aku. Jangan selalu ada buat aku, buat kebaikan kamu!" Anak perempuan itu memaksa dengan sedikit ketidakrelaan saat mengatakan semburat titah tak terarah. "Itu bukan kebaikan. Kalau aku seperti itu, kamu sama siapa? Aku gaakan benar-benar pergi dari hidup kamu sebelum aku yakin kamu bisa tanpa aku." Sekarang, anak perempuan itu merasa sangat baik, dan anak laki-laki itu sangat yakin. Tebak, block itu terjadi atau tidak?

-pelacur-

bagaimana bisa rindu yang dahulu memburu alunan ruh sekarang menjelma sebagai pelacur? ia dilucuti supaya tak menyisakan sehelai benang-benang kenangan, yang nyatanya masih ia rajut dengan angan ia ditiduri supaya sukmanya terbuai mengelana cakrawala yang tersirat awan kecewa, yang nyatanya kembali ke bumi dengan menghujam hati tak bernyawa ia dicumbu supaya tak mampu menopang rasa tenang, ketika suatu masa terbuang ia disetubuhi supaya janji yang teramu racun mengalir di nadi harapannya dan melekat kuat, ketika sudah tamat kamu rindu, bukan pelacur ku harap kamu berhenti menjajakan rindu yang tak terukur ku harap kamu berhenti membalut kisah yang tak berumur ku harap kamu berhenti menggali rindu yang sudah terkubur karena sekali lagi, kamu rinduku, bukan pelacur.

.simpul mati jangan hidup.

Akan ku simpul mati cerita hari itu. Disaksikan terjangan angin dahsyat Cibiru-Cicaheum, ku harap simpul itu akan selamanya mati. Kesalahannya melebihi jarak tempatku dan tempatnya. Ingin diriku belah dadanya dan ku susuri hatinya, supaya tahu apa benar isi hatinya hanya penyesalan dan penyeandaian, supaya kerelaan akan selalu bersahutan disetiap jejak yang akan ku raih. Ku harap sebuah kesemogaan tidak kau surutkan dan selalu dibahasi gerimis doa berbalut keajaiban supaya tak kerontang. Suatu saat jika ada yang menghidupkan kematian simpul ini, dia lah yang membawa kabar baik tak berona sendu membawa candu penuh rasa suka, yang akan saling melepaskan simpul penuh kematian rasa.