Langsung ke konten utama

[MENOR]

"Wah parah sih dandanannya menor banget pasti bukan wanita baik-baik!"
"Lipstiknya merah banget pasti wanita penghibur!"
"Itu cabe-cabean ya? Menor bgt!"

Dan ribuan kalimat arogan yang muncul ketika melihat seorang wanita berdandan. Pencela jumlahnya lebih banyak. Dan 'percelaan' itu dilakukan segelintir pria karena masih memiliki mindset [wanita berdandan=wanita tidak baik].

Wanita merias diri tidak bisa diidentikkan dengan wanita tidak baik.
Apa yang salah dengan merias diri? Dan kenapa para wanita harus hidup dibayang-bayang asumsi kalian? Semua yang kami lakukan bukan untuk memuaskan nafsu hewani dan membayar secercah spekulasi kalian, harga maskara kami jauh lebih mahal daripada harga pikiran kotor kalian.

Merias diri adalah bentuk mencintai diri, menghargai ciptaan Tuhan, bukan memikat hati pria berdasi maupun hidung belang. Kami bangga dengan pensil alis yang dibingkai sesuai keinginan, membuat mata kami lebih berkarakter. Wajah bersemu penuh rona kami bukan karena reaksi impuls saraf yang termakan rayuan maut kalian, katakan halo pada sapuan blush on warna peach andalan kami. Bagaimana dengan lipstik merah? Kami pulaskan sebagai simbol kepercayaan diri yang tinggi dan semangat yang membara. Bukan untuk menciptakan bekas bibir di kerah baju yang diisyaratkan sebagai pelecehan harga diri.

Foundation, concealer, blush on, mascara, eyeliner dan ribuan nama asing ditelinga kalian yang tertata rapi dimeja rias kami, jauh lebih berharga dari sekedar cacian dan makian yang dilontarkan lewat bibir pucat kalian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CUKA

Lukanya masih basah, kau siram cuka pula. Tidak puas, masih kau siram air garam. Katanya supaya pulih Tapi masih kau tusuk jarum-jarum itu. Lukanya semakin menganga, kau masih disini. Puas melihat aku yang merangkak karena jatuh terlalu dalam? Masih tertatih aku jadinya. Iya, ada lembah yang kau ciptakan khusus untukku. Untuk aku, orang yang percaya dengan cinta. Jadi salah siapa? Salah percaya, dengan, atau cinta? Ah sudahlah, sudah berbuih aku mengutuk cinta. Lebih baik aku hardik dengan saja.

ukate

"Kekuasaan adalah suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan" - Max Weber Berbagai gaungan dilontarkan oleh yang katanya pemangku-pemangku kebijakan untuk mewujudkan 'welfarestate'. Meskipun 'si welfarestate' ini benar-benar dijadikan suatu sistem oleh negara-negara nordik, namun negara kesejahteraan adalah tujuan semua bangsa yang secara otomatis negara sebagai pemegang kendali untuk menyejaterahkan rakyatnya. Katanya sih katanya, kampus adalah miniatur suatu sistem negara di mana ada rektor sebagai kepala negara dan warga kampus sebagai rakyatnya. Untuk membuat kebijakan sistemnya, tidak semudah mengcopy-paste makalah yang harus dikumpulkan h-1 jam (pengalaman universal mahasiswa, saya yakin kalian pernah menjadi pelakunya~). Merumuskan itu semua sangat menguras pikiran, tenaga, emosi, waktu, dan finansial yang tidak sedikit, d

BEBAS

Aku ingin bebas, membuana ke antah berantah bukan berderai air mata karena mengiris bawang merah Aku ingin bebas, memotong lidah arogansi pria berpola seksis bukan terpaksa menarik sudut bibir untuk tersenyum manis Aku ingin bebas, memikat mimpi penuh khayal bukan ketakutan dicambuk pria berdasi penuh amukan Aku ingin bebas, merajut suka menapak irama senandung budaya patriarki tanah Jawa bukan meladeni pria berselir tak berwibawa Aku ingin bebas, menghirup aroma lavender Provence dan membawanya pulang bukan menghirup arak yang berkecamuk dari pria hidung belang Bebas, bebas, bebas Kapan aku bebas dari jeruji bertirani ini? Menelisik bimbang penuh amarah, dan sekali lagi berteriak sampai serak ‘KAPAN AKU BEBAS?’ Hanya kebebasan merindukan bulan yang tak terbelenggu ini itu yang aku harap Tanpa mengemis dan mengais demi kebebasan yang aku tunggu di pusara akhir hayatku