Langsung ke konten utama

balik

akan tiba kala dimana cucur peluh menghalau musuh,
asa yang terkoyak kembali utuh,
kenang yang redup menjelma penyuluh,
kasih yang terberai merajut asuh,


Dan kamu yang berkelana jauh akan hinggap bersembunyi di benteng pundakku tanpa suruh,

sembari berkata "aku kembali padamu!"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ukate

"Kekuasaan adalah suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan" - Max Weber Berbagai gaungan dilontarkan oleh yang katanya pemangku-pemangku kebijakan untuk mewujudkan 'welfarestate'. Meskipun 'si welfarestate' ini benar-benar dijadikan suatu sistem oleh negara-negara nordik, namun negara kesejahteraan adalah tujuan semua bangsa yang secara otomatis negara sebagai pemegang kendali untuk menyejaterahkan rakyatnya. Katanya sih katanya, kampus adalah miniatur suatu sistem negara di mana ada rektor sebagai kepala negara dan warga kampus sebagai rakyatnya. Untuk membuat kebijakan sistemnya, tidak semudah mengcopy-paste makalah yang harus dikumpulkan h-1 jam (pengalaman universal mahasiswa, saya yakin kalian pernah menjadi pelakunya~). Merumuskan itu semua sangat menguras pikiran, tenaga, emosi, waktu, dan finansial yang tidak sedikit, d

CUKA

Lukanya masih basah, kau siram cuka pula. Tidak puas, masih kau siram air garam. Katanya supaya pulih Tapi masih kau tusuk jarum-jarum itu. Lukanya semakin menganga, kau masih disini. Puas melihat aku yang merangkak karena jatuh terlalu dalam? Masih tertatih aku jadinya. Iya, ada lembah yang kau ciptakan khusus untukku. Untuk aku, orang yang percaya dengan cinta. Jadi salah siapa? Salah percaya, dengan, atau cinta? Ah sudahlah, sudah berbuih aku mengutuk cinta. Lebih baik aku hardik dengan saja.

Nang Malang

Malang melampaui Juni. Ia bertanya, "sedang mencari apa kau disini?" "hai kau sang penulis sajak!" biar kuberi tahu, Aku hanya berjengkal dan sepandang, mengaburkan lara yang bersarang dan bersemayam hirau terlarang, menjamu yang semu sampai jemu dan leburnya bertambah lemu , Ah, lupa! kuberi tahu lagi, Aku tak kuasa mengebiri bendung kecewamu, Aku payah dalam mencabik roman ironimu. jangan kau tumpah ruahkan Aku dengan amarahmu! karena Aku bukan sebab anak gembala itu pergi jauh dari ladang hatimu. Ucapan Malang mengoyak batin sang penulis sajak. tampak sang penulis sajak termenung dengan dirinya yang terkurung, menafsirkan Gunung Bromo segagah Ken Arok dengan pria rupawan di gereja tua berdinding lapuk yang berjuluk Romo , mengelabui Coban Supit Urang yang ditelisik dengan hidangan menggugah buatan Tacik , dan mengulur Pantai Tiga Warna supaya picisannya segera sirna. namun racaunya terhenti di jalan buntu Sumber Pitu Tumpang. "apa ya